Metro Bandung, BANDUNGPOS.ID – Meskipun SCC (Strategic Communication Center) Fikom Universitas Islam Bandung (Unisba) baru beberapa bulan didirikan tapi sudah dua kali mengadakan kegiatan menyebarkan keilmuan komunikasi kepada masyarakat luas. Oktober (24/10) lalu SCC mengadakan Content Creator Workshop dan selanjutnya, Rabu (14/12) di Student Center Unisba diadakan Pelatihan Komunikasi Pemasaran di Bisnis Kopi yang ditujukan untuk kalangan internal dan eksternal Unisba, bertujuan untuk memberikan pemaham mengenai komunikasi pemasaran dalam praktik bisnis kopi yang kini sedang menjamur di berbagai tempat.
Demikian disampaikan Dekan Fikom Unisba, Prof. Dr. Atie Rachmiatie, MS pada pembukaan ‘Pelatihan Komunikasi Pemasaran’ yang menghadirkan pakar komunikasi pemasaran Prof. Dr. Neni Yulianita, MS, praktisi dan pemilik kopi D’Gamboeng Deni Risnandi, dan pemilik “Kiarapayung Garden Camp & Coffee” Rakhmat serta dimoderatori pemilik Badai Coffe Ahmad Fadhli.
Mengutip pemeo “Terinspirasi dari secangkir kopi bahwa dia tak pernah dusta atas nama rasa. Kopi punya cerita, hitam tak selalu kotor, pahit tak harus sedih” Neni menjelaskan seputar komunikasi pemasaran di bisnis kopi. Menurutnya, maraknya fenomena minum kopi di Indonesia, kini kopi semakin populer dikonsumsi masyarakat Indonesia. Bisnis kopi di Indonesia menjadi daya tarik dan banyak dilirik para pebisnis, seperti cafe, restoran, warung kopi, penjaja minuman kopi, dan lainnya, dari yang berlokasi di pinggir-pinggir jalan, kawasan bisnis, hingga di mall, bahkan pengusaha kopi Indonesia pun kini semakin hadir di mana-mana, baik lingkup lokal, nasional, maupun internasional.
”Maraknya pebisnis kopi di Indonesia memberikan konsekuensi pada persaingan bisnis kopi di Indonesia dan untuk memenangkan persaingan, para pebisnis kopi harus melakukan Komunikasi Pemasaran melalui Pengelolaan Strategi Bauran Promosi,” jelas Neni yang juga Ketua Prodi S3 Komunikasi Fikom Unisba.
Menurutnya konsep komunikasi pemasaran mempunyai banyak cakupan, diantaranya semua bentuk komunikasi yang dipakai organisasi untuk menginformasikan dan memasarkan produk hingga memengaruhi tingkah laku pembelian. Komunikasi yang dirancang untuk memberitahu konsumen dan pelanggan mengenai manfaat dan nilai produk yang ditawarkan dan proses komunikasi yang dirancang, dimulai dari tahap sebelum penjualan, tahap penjualan, tahap pemakaian, dan tahap setelah pemakaian.
“Program komunikasi yang dirancang untuk segmen, celah pasar, bahkan individu tertentu. Karena setiap konsumen dan pelanggan mempunyai karakter berbeda-beda. Program Komunikasi dirancang bukan hanya untuk bagaimana dapat menjangkau konsumen/ pelanggan tetapi juga bagaimana mampu menemukan cara yang memungkinkan konsumen dan pelanggan dapat menjangkau produk dengan mudah,” tambah Neni.
Jenis Kopi
Sementara itu dalam paparannya pemilik kopi D’Gamboeng Deni Risnandi menjelaskan, kopi instan atau kopi sachet dibuat dengan memanggang biji kopi, lalu dihancurkan menjadi bubuk. Setelah itu, bubuk kopi murni tersebut diseduh dan dikeringkan lagi. Ini akan menghasilkan bubuk kristal kopi. Namun, proses pembuatan ini menghilangkan beberapa zat gizi yang bermanfaat dari biji kopi.
“Kopi sachet juga diberikan bahan-bahan tambahan untuk memperkaya rasa, seperti pemanis buatan dan krimer. Tak jarang, kadar kopi murninya relatif lebih sedikit sehingga rasa berasal lebih banyak dari perisa kopi buatan. Bahan-bahan tambahan dari kopi instan ini bisa menimbulkan bahaya, terutama jika dikonsumsi berlebihan dalam jangka panjang.( https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/efek-minum-kopi-instan-setiap-hari/),” sambungnya.
Menurut Deni, jenis kopi murni dibagi menjadi empat, yakni Kopi Arabika yang awalnya berasal dari Brazil. Kopi Arabika merupakan jenis kopi pertama yang ditemukan dan dibudidayakan manusia hingga sekarang. Kopi Arabika merupakan jenis kopi cukup terkenal dan memiliki banyak varietas. Kopi ini merupakan kopi tradisional yang rasanya dianggap paling enak oleh para penikmat kopi. Biji Kopi Arabika memiliki ciri-ciri ukuran biji yang lebih kecil dibandingkan biji kopi jenis Robusta, selain itu, kandungan kafeinnya lebih rendah, rasa dan aromanya lebih nikmat. Kopi Arabika tumbuh di ketinggian 700-1700 m dpl (di atas permukaan laut) dengan suhu 16-20 derajat celcius.
Kedua, Kopi Robusta yang awalnya ditemukan di negara Kongo. Jenis kopi ini tumbuh baik di ketinggian 400-700 m dpl (di atas permukaan laut) dengan suhu 21-24 derajat celcius. Kelemahan jenis Robusta ini adalah rasanya kurang mantap dan cenderung lebih pahit dibandingkan Arabika. Harganya pun jauh lebih murah dibandingkan dengan kopi berjenis Arabika sehingga di Indonesia kopi berjenis ini dikenal juga dengan “kopi murah”.
Ketiga, Kopi Liberika yang pertama kali tumbuh di daratan Afrika, dari Liberia, Uganda, dan Angola hingga akhirnya menyebar ke Asia Tenggara seperti Indonesia dan Filipina. Pada umumnya, karakteristik Kopi Liberika cenderung mirip jenis Robusta ketimbang Arabika. Ada beberapa hal yang membedakan Liberika dengan Robusta. Saat kopi Liberika diseduh, akan tercium aroma buah dan bunga. Rasa yang dikeluarkan agak lebih ‘woody’. Bahkan beberapa orang menggambarkan rasanya seperti tembakau.
Terakhir jens Kopi Ekselsa. Kopi Ekselsa sebagian tumbuh besar di Asia Tenggara dan hanya menyumbang 7 persen dari komoditas kopi di seluruh dunia. Jenis kopi ini lebih banyak ditemukan di Vietnam. Sebagian ahli kopi menganggap bahwa ekselsa masih anggota keluarga Liberika. Karakteristik Kopi Ekselsa unik dan sering digunakan sebagai campuran Kopi Arabika dan Robusta yang membuat cita rasa yang muncul lebih kompleks. Rasa yang tercipta dari jenis biji kopi ini seperti buah dan beberapa penikmatnya mengatakan bahwa rasanya seperti tart atau ‘light roast’.
Praktik Barista
Di bagian akhir pelatihan dilakukan praktik meracik kopi secara langsung melibatkan peserta untuk mencobanya. Pemilik Kiarapayung Garden Camp & Coffee Rakhmat dibantu seorang barista wanita memperagakan bagaimana mengolah biji kopi kemudian menyeduhnya serta menyajikan cara minum kopi yang baik dan benar.
“Intinya, membuat kopi itu ada dua, yakni kopi enak dan kopi sehat. Kita bisa membuat keduanya dengan cara yang benar, diantaranya menyeduh kopi dengan air bersuhu 90 derajat (tidak sampai 100 derajat), mencampur dengan berbagai rempah untuk kesehatan hingga membuat rujak kopi yang memadukan daun kecombrang, kapulaga, cengkih, dan rempah lainnya. Itu kopi sehat tapi kalau kopi yang enak dengan cara mencampurkan gula atau susu agar berasa nikmat saat di minum,” jelas Rakhmat.
Bagi Rakhmat, minum kopi, terutama jenis Arabika yang sehat tidak menggunakan gula karena seluruh bagian lidah dapat merasakan sensasi rasa asin, manis, dan pahit.
“Dengan cara mengolah dan meminum yang tepat minum kopi tanpa gula tidak akan terasa pahit,” sambungnya,
Berkaitan dengan bisnis kopi Rakhmat berpesan bahwa memulai bisnis kopi tidak harus bermodal besar hingga ratusan juta. Menurutnya, memulai bisnis kopi dengan modal 10 juta pun sudah bisa.
“Yang penting mampu menyajikan kopi enak dan kopi sehat yang dibutuhkan para pelanggan dan juga menggunakan komunikasi pemasaran yang sudah disampaikan Prof. Neni,” pungkasnya.(ask/bp)