GURU sebagai ujung tombak dalam mewujudkan tujuan nasional tersebut, salah satunya diantaranya Siti Rahmani Rauf, seorang guru yang menulis buku ‘Ini Budi’ yang fenomenal di tanah air.
Pertama kali mengenal sosok guru yang juga penulis buku, ketika di bangku SMA. Itu pun karena memperhatikan nama penulis yang tertera di jilid buku tersebut. Istimewanya, ia adalah guru yang selama ini mengajar penulis dan bukunya tersebut menjadi pegangan selain buku sumber lainya. Di kemudian hari, baru diketahui ternyata ada beberapa guru yang juga berprofesi sebagai penulis buku. Satu diantaranya Siti Rahmani Rauf
Mendengar namanya, tentu tidak semua mengenalnya. Namun, jika mendengar kata Budi, orang akan langsung teringat pada buku ‘Ini Budi’ yang di era tahun 1980 begitu populer dan dipakai hampir di seluruh wilayah Indonesia. Ia adalah Siti Rahmani Rauf, sosok ‘ibu yang melahirkan’ tokoh Budi dalam buku belajar membaca dan menulis untuk murid Sekolah Dasar yang melegenda itu.
Ini Budi , Ini bapak Budi, Ini ibu Budi, Ini Wati , Wati Kakak Budi, Ini Iwan, Iwan adik Budi
Tentu ingat, dengan penggalan kalimat di atas. Pada awal masuk di sekolah dasar dulu, ibu guru akan menuliskannya di papan tulis. Kemudian akan dibacakanya, serta diikuti suara serempak para siswa dengan suara nyaring di dalam kelas. Tokoh Budi beserta keluarganya; ibu dan bapak Budi, Wati kakak Budi serta Iwan adik Budi. Menjadi alat peraga disaat para siswa belajar membaca dengan mengeja, yang membentuk imajinasi sebuah karakter yang selalu dikenang sepanjang masa. Buku yang begitu fenomenal tersebut, telah banyak membantu anak-anak Indonesia pandai baca tulis. Seperti kelaziman saat itu, orang tua murid tidak terbebani untuk berbelanja buku setiap mata pelajaran. Sebagai buku paket, seingat penulis, buku ini dibagikan secara percuma sebagai pinjaman yang harus dikembalikan setelah selesai pemakaian pada catur wulan. Seterusnya akan dipinjamkan secara estafet pada adik kelas berikutnya.
Dedikasi dan Kecintaan Dunia Pendidikan
Setelah lulus dari Sekolah Guru Wanita, Siti Rahmani Rauf yang lahir di Padang Sumatra Barat 5 Juli 1919. Beliau mengabdikan diri sebagai guru pada usia 18 tahun di Sekolah Rakyat di Padang selama 15 tahun (1938-1953). Bersama suaminya, Abdul Rauf beserta anak-anaknya, pada tahun 1954 pindah ke Jakarta dan kemudian mengajar di Sekolah Dasar Tanah Abang 5 hingga pensiun tahun 1976 sebagai Kepala Sekolah.
Bila dilihat latar belakang perjalanan karier dia, yang lahir dan tumbuh di zaman kolonial Hindia Belanda. Sudah menjadi rasasia umum, kesempatan untuk mengenyam pendidikan bagi kaum pribumi tidak mudah. terlebih bagi kaum perempuan, ia harus berani menanggung cemoohan serta rintangan dari pandangan’ kolot’ saat itu. Hal sama tentu dirasakan oleh pendahulunya seperti Sjarifah Nawawi, Sitti Djanewar Bustami Aman dan Ainsjah Jahya yang kemudian hari menjadi tokoh perempuan Minangkabau terpelajar di awal abad-20.
Ledakan jumlah elit terpelajar Minangkabau diawal abad-20 secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kaum perempuan (kafaah Journal,2017), gerakan kaum muda untuk merubah tabu dan dilarang bagi perempuan untuk bersekolah dan hanya berkutat urusan rumah, memasak dan sebagainya . Kalau, harus menghadapi rintangan yakni berbenturan dengan pandangan kolot saat itu. Kemungkinan iklim perubahan yang terjadi saat itu, menjadi inspirasi dan dorongan memengaruhi beliau untuk mengambil sikap dengan konsekuensinya.
Sikap dan cara pandang demikian melahirkan tokoh perempuan seperti R.A Kartini, Raden Dewi Sartika, Rohana Kudus, R Siti Jenab dan tokoh lainya. Bukti kerja keras dan disiplin tinggi.berbuah manis. Setelah lulus Sekolah Guru Wanita, Siti Rahmani Rauf, mendedikasikan dirinya sebagai pengajar selama 38 tahun. Rentang waktu selama itu, tentu kaya pengalaman. Segala keterbatasan dan kesulitan justru menimbulkan kreativitas gagasan berupa inovasi sebagai solusinya. Seperti lahirnya buku ‘Ini Budi’ Berawal dari merasa kesulitan dalam mendapatkan buku pedoman untuk mengajar. Serta telah dihapusnya sistem ejaan oleh pemerintah Hindia Belanda, yang dirasakan sangat terbantu disaat beliau belajar mengenal huruf dan baca tulis. Sehingga untuk membantu para siswa, timbul gagasan untuk membuat buku dengan metode sederhana, mudah dipahami namun menarik minat siswa yang sesuai dengan karakter kebutuhan siswa.
“Tahun 1980-an terbersit ide membuat buku untuk membantu anak-anak agar bisa membaca. Bedanya buku yang penulu susun itu memiliki visualisasi gambar” ungkap Siti Rahmani Rauf.
Atas dasar dedikasi dan kecintaan pada dunia pendidikan, Berbekal kepandaian dalam menggambar Siti Rahmani Rauf dibantu oleh Kamerni Rauf salah seorang anaknya, yang juga berprofesi sebagai guru. Memberi ilustrasi gambar sebagai alat peraga yang dikenal sebagai metode pembelajaran bahasa yang disebut Struktur Analitik Sintesis (SAS). Buku yang diterbitkan Balai Pustaka, ditulis tatkala dirinya pensiun setelah mendapat tawaran dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sekarang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), atas kecintaan dan dedikasi pada dunia pendidikan tawaran tersebut diterimanya tanpa meminta bayaran uang, beliau hanya minta diberangkatkan haji. pada tahun dan dapat menunaikanya pada tahun 1986.
Kini sosok ibu yang melahirkan tokoh Budi sudah berpulang. Meninggal di Jakarta, 10 Mei 2016 pada usia 97 tahun. Meninggalkan warisan berharga kepada bangsa ini, anak-anak yang melek huruf, dengan berbagai profesi jabatan yang disandangnya.*** Sumber id.wikipedia.org, Penulis Dede Rahman Arief, pegiat Literasi, bertempat tinggal di Bandung.