Ratusan Kasus Terjadi di Tahun 2021 Disdamkar Kabupaten Bandung Rekrut Relawan Kebakaran Desa
BANDUNG, BANDUNGPOS.ID – Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar) Kabupaten Bandung merekrut para relawan di desa-desa untuk membantu Disdamkar saat kebakaran melanda permukiman warga.
Bukan hanya itu, relawan ini juga bertugas untuk melakukan edukasi dan sosialisasi terkait antiipasi terjadinya kebakaran dan penanggulangannya ketika terjadi kebakaran.
Selain diberi pemahaman dan keterampilan memadamkan kebakaran, kepada para relawan hingga dalam bentuk simulasi, di setiap desa juga dibekali alat pemadam api ringan (Apar) dari Disdamkar.
Kepala Disdamkar Kabupaten Bandung, Hilman Kadar, mengatakan, hingga saat ini sudah terbentuk relawan pemadam kebakaran di 21 desa, dengan satu desa maksimal 20 orang relawan.
“Sampai sekarang sudah terbentuk di 21 desa yang kami prioritaskan terlebih dahulu. Namun pada akhirnya nanti kita maunya di semua desa ada relawan damkarnya,” kata Hilman kepada wartawan, Kamis (22/9/2022).
Hilman menjelaskan, perekrutan para relawan ini untuk memberdayakan masyarakat desa guna berpartisipasi dalam mengantisipasi keterlambatan penanggulangan bencana kebakaran akibat kondisi geografis titik kebakaran yang jauh dari pos pemadam kebaran.
Selain itu juga dapat membantu minimnya personel dan armada kebakaran.
Desa yang mendapat prioritas untuk dibentuk relawan, kata Hilman, yaitu desa yang akses permukimannya sulit diakses kendaraan armada kebakaran, desa yang rawan terjadi kebakaran, seperti di permukiman padat penduduk atau kawasan industri, termasuk desa yang memiliki objek resistensi kebakaran yang tinggi.
Ketika terjadi kebakaran, para relawan ini juga akan membantu Disdamkar untuk menginformasikan kepastian lokasinya dan aksesnya seperti apa, akses armada damkar harus lewat mana, dan sumber air untuk memadamkan api ada di mana.
“Para relawan damkar di desa-desa ini juga memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran, cara mengantisipasi dan mengatasinya jika sudah terjadi kebakaran,” imbuh Hilman.
Sebab menurutnya kasus kebakaran kebanyakan terjadi di perumahan warga, akibat korsleting listrik dan kompor tabung gas elpiji yang meledak. Korsleting listrik terjadi akibat penggunaan kabel listrik yang tidak memenuhi standar, atau akibat penggunaan kabel listrik yang melebihi kapasitas.
“Bahkan sebagian besar hampir 50 persen kebakaran yang terjadi itu akibat korsleting arus listrik di rumah warga, yang kedua akibat kompor gas elpiji,” ujarnya.
Hilman menyebut, berdasarkan data Disdamkar, total 272 kali kasus kebakaran terjadi sepanjang tahun 2021 yang memakan korban jiwa enam otang.
Sementara hingga September 2022, sudah terjadi 62 kasus kebakaran.(akn/bp)