Oleh Ridhazia
Ngomel dari kata ngomong melulu. Tapi dalam versi resmi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ngomel bermula dari omel; mengomeli/mengomel/omelan yang yang identik dengan mengeluarkan kata-kata, memarahi, menggerutu, menggusari, dan sejenis itu yang mewakili perkataan yang kurang menyenangkan.
Ngomel politik
Ngomel politik itu penting. Bahkan menyehatkan. Sebagai ekspresi kemarahan malah bisa membangkitkan keberanian. Bisa membebaskan dari tekanan dan meloloskan diri dari rasa teralienasi dan tereliminasi.
Studi psikologi memosisikan ngomel sebagai keguncangan kejiwaan. Semua itu terjadi bisa karena alasan harmonal. Juga alasan sosial yang diasuh oleh konflik dan kebencian.
Para peneliti mendeskripsikan seseorang yang kerap ngomel politik karena rasa frustasi atau keras kepala yang ekstrim. Terjebak perasaan tak berdaya dan tertekan karena kekalahan. Juga termarjinalisasikan.
Merusak nalar
Beberapa tulisan terkait ngomel rupanya sependapat kalau ngomel merusak sistem nalar dan menukiknya kecerdasan intelektual. Kehilangan akal sehat karena tidak lagi mampu melakukan kontrol diri. Perilakunya juga tidak lagi terkontrol dan terkendalikan yang menandai emosinya tidak stabil. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati komunikasi sosial politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.