PKL Bendera Merah Putih Se-Indonesa Berdemo di Leles Garut
PKL Bendera Merah Putih Se-Indonesa Berdemo di Leles Garut
Pedagang Kaki Lima (PKL) musiman Bendera Merah Putih kecewa dan jengkal terhadap bos besar ( Pengrajin Bendera Merah-Putih), mereka mengaku tertipu dan dikerjain bos besarnya di Leles. Para pedagang bedera ini mengaku berjualan di banyak kota, seperti di Jambi, Palembang, Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya, Bali, Makasar, dan kota-kota lain di Indonesia.
Garut, BANDUNGPOS.ID: Ratusan pedagang bendera merah putih asal Leles, Garut, menggelar unjuk rasa di alun-alun kecamatan Leles. Mereka menuntut agar bandar besar hadir di lapangan menuntaskan permasalahan pedagang bendera online yang di anggap telah membuat pedagang bendera kaki lima merugi.
Dalam aksinya pedagang menuntut para bandar perajin bendera merah putih untuk menghapus sistem penjualan online dan menyamakan harga jual. Lantaran mereka merasa pedagang online telah menghancurkan harga karena menjual di bawah harga pasaran, karena itulah mereka merasa di rugikan oleh pihak pedagang online.
Tim Advokasi pedagang bendera merah putih tradisional Kurnia Muhammad Ramdan mengatakan, bahwa semua disini menginginkan untuk memberantas predatory pricing yang dinilai merugikan para pedagang, serta tidak sesuai dengan UU No 5 tahun 1999 terkait praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Saat ini, menurutnya, pedagang bendera ingin bandar besar atau yang tergolong bos besar agar menyamakan harga jual antara pedagang online dengan pedagang offline.
“Tuntutan mereka itu ingin menghapus sistem penjualan online, tapi tidak mungkin karena itu aplikasi, atau bisa berjualan online tetapi harga di samakan dengan pedagang kaki lima yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia,”katanya.
Salah seorang pedagang bendera merah putih Konyang (29) memberikan komentar, menurut dirinya kerugian para pedagang jalanan tahun ini paling besar di bandingkan dengan tahun tahun sebelumnya.
“Tahun ini kami pedagang bendera yang biasa mangkal di pinggir jalan rugi besar dengan adanya online, jangankan untuk pulang ke rumah, biaya disana aja untuk makan tidak ada karena tidak laku jualannya,”tandasnya. ** (RM/BNN)