Musik & Budaya

Ngopi Sewarung Edisi Baduy Modernitas

Ngopi Sewarung Edisi Baduy Modernitas

42views

Ngopi Sewarung Edisi Baduy Sebuah Novel (19):

Baduy Modernitas


Andrea mengirim banyak poto hasil jepretan selama berada di Baduy ke berbagai jejaring media sosial. Begitu juga Suten, menulis banyak artikel tentang kehidupan orang Baduy dan tulisannya selalu viral.

Dalam salah satu artikel Suten menulis:

“Dari segi penampilan fisik orang Baduy memang berbeda dengan kehidupan mereka yang hidup di luar atau di kota. Jika kemodernan suatu kelompok masyarakat dilihat dari sisi penampilan fisik dan gaya hidup, tentu orang Baduy boleh dikatakan terbelakang dan miskin karena perbedaannya yang mencolok dengan orang luar.

Orang kota bila bepergian jarak jauh naik kendaraan, sedangkan orang Baduy hanya berjalan kaki. Orang luar mengenakan baju dari aneka bahan berkualitas dan banyak motif berwarna-warni, orang Baduy hanya mengenakan baju dari bahan kain blacu warna putih, biru, dan hitam saja. Kalau orang luar di kota terbiasa makan enak di restoran dengan menu aneka jenis lauk yang mengandung gizi tinggi, orang Baduy terbiasa makan dengan nasi putih dan lauk ikan asin ditambah lalapan seadanya Dan seterusnya.

Tapi, tulis Suten, mengklaim atau menilai sebuah komunitas masyarakat dari segi penampilan fisik sungguh kurang bijaksana. Sementara di balik penampilan fisik yang sederhana, apa adanya dan jauh dari kata modern, justru tersimpan nilai-nilai luhur yang berguna untuk keselamatan lingkungan umat manusia.

Orang Baduy adalah satu dari sedikit komunitas di dunia yang menyimpan dan memelihara dengan baik nilai-nilai luhur kearifan yang dibutuhkan untuk menyelamatkan spesies manusia dari ancaman kerapuhan bahkan kepunahan karena sifat sombong, rakus, dan keinginan modernisasi.

Ketika masyarakat modern di seluruh dunia panik dan cemas akan ancaman kekeringan, kemiskinan dan kemiskinan akibat krisis ekonomi global, orang Baduy justru bisa duduk tenang karena sudah memiliki konsep dan strategi ketahanan pangan.

Ketika orang modern makin gelisah dan ketakutan karena adanya wabah virus penyakit yang mematikan, orang Baduy malah bisa menikmati hidup sehat tanpa banyak mengenal dan terjangkit penyakit. Mereka selalu menjaga hati dan pikiran agar tetap sehat. Dari hati dan pikiran yang tidak sehat lah penyakit datang.

Di bagian lain Suten menulis, saat orang modern sibuk memikirkan keselamatan lingkungan dunia yang semakin sering dilanda bencana alam, orang Baduy justru menjalani hidup damai menyatu dengan alam. Seluruh nilai-nilai dan sikap hidup yang dianut bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem kehidupan.

Kehidupan orang Baduy dengan keutuhan alamnya seperti sebuah potret masyarakat yang sudah jadi dimana mereka tak perlu lagi melakukan pelonggaran tentang konsep hidup dan bentuk tatanan kehidupan yang ideal sebagaimana yang sedang terus menerus dicari oleh mereka orang luar yang mengaku manusia modern.

Lalu siapa sebenarnya yang bisa disebut modern?! Apakah sesungguhnya yang menjadi ukuran seseorang bisa disebut modern atau tidak modern. Penampilan fisik kah atau kualitas berfikir dan sikap hidup dalam memandang dunia dan masa depan’?!

Dapatkan sensasi
Tuan Sepuluh

Leave a Response