
BandungPos (29/10/2025). Di usia yang menapaki 67 tahun, Studiklub Teater Bandung (STB) kembali menegaskan eksistensinya sebagai kelompok teater modern tertua di Indonesia yang masih aktif berkarya. Menutup bulan Oktober 2025, STB mempersembahkan pementasan berjudul “Musyawarah Burung”, adaptasi dari karya klasik sufi Montiqut Thair karya penyair besar Persia, Fariduddin Attar.
Pertunjukan ini akan digelar pada 31 Oktober dan 1 November 2025 di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Jl. Baranang Siang No. 1 Bandung, pukul 15.30 WIB, dengan harga tiket Rp 40.000,-
Lakon ini diolah menjadi “Sebuah Naskah Sufi Lakon 239 Haiku”, adaptasi kreatif yang mempertemukan keindahan puisi pendek Jepang dengan kedalaman spiritual sufistik Timur Tengah. Dalam tangan sutradara IGN. Arya Sanjaya, pementasan ini menjadi ruang tafakur dan perenungan atas perjalanan panjang STB di dunia teater.
“Fariduddin Attar mengajak manusia mengenali dirinya lewat perjalanan batin. Kami mencoba menerjemahkan semangat itu melalui haiku sebagai jembatan antara kesunyian dan kesadaran,” ujar Arya Sanjaya.
Dalam versi STB, Musyawarah Burung menghadirkan kisah alegoris tentang perjalanan spiritual para burung mencari Simurgh, sang pemimpin yang mereka rindukan. Perjalanan menembus tujuh lembah ini menjadi cermin pencarian manusia akan makna hidup, cinta Ilahi, dan keberanian menanggalkan ego di hadapan Sang Pencipta.
Pementasan dikembangkan dengan pendekatan Sema musik, dzikir, dan tarian dervish, terinspirasi dari tradisi sufi Turki yang kerap digelar untuk mengenang penyair besar Jalaluddin Rumi.
Sejak berdiri pada tahun 1958, Studiklub Teater Bandung telah menjadi taman subur bagi para seniman lintas generasi untuk bereksperimen dengan naskah klasik maupun kontemporer. Seperti “serumpun mawar di taman kesenian Bandung”, STB terus mekar dan menebar inspirasi.
Melalui Musyawarah Burung, STB tak sekadar merayakan usia, tetapi juga mengajak penonton ikut terbang bersama para burung meniti perjalanan menuju pencerahan, sebagaimana kelompok ini meniti waktu, menjaga nyala, dan terus menghidupi teater dengan sepenuh jiwa. (Kin Sanubary/BandungPos)





