Sigeulis (Siswa &Guru Menulis) |
Merdeka Belajar itu Butuh Guru Merdeka
Oleh Akbar Zamil,. SPd
Indonesia menjadi kuat kemerdekaannya karena ada pengakuan dan komitmen dari negara lain dan organisasi dunia. Nah, guru Merdeka? Utamanya ya butuh Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, organisasi guru, dan birokrasi pendidikan yang memerdekakan.
Merdeka belajar diungkapkan oleh Mendikbud RI, Nadiem Karim, semua murid setuju dan semua murid senang, karena semua anak Indonesia bisa belajar sesuai tuntutan zamannya, murid tidak lagi belajar seperti zaman kolonial. Mendikbud RI pasti setuju juga, merdeka belajar tidak cukup dengan ‘sekadar’ pengurangan beban administrasi RPP, tentunya.
Seorang pengamat pendidikan Anastasia Rima Hendrarini, berpendapat dan mengajak pak mentri berfikir realistis, jangan sekadar hanya membuat senang dunia pendidikan Indonesia, tapi mampu menghiangkan praktik penyempitan makna kemerdekaan itu sendiri. Sejak awal Anatasia mengaku melihat reformasi perlu dilakukan dari sumbernya. Pendidikan Guru harus berubah, paradigma pendidikan perlu diubah, sehingga menghasilkan pendidik-pendidik merdeka dan berpikiran terbuka. Bukan sekadar retorika kampanye dari pada pemahaman menyeluruh atas masalah Pendidikan.
Belajar merdeka itu menurut dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang juga mantan Kadisdik Kota Bandung, Dr. H.. Elih Sudiapermana,.MPd, belajar merdeka itu harus dimulai dari budaya hidup merdeka. Ia bukan sekedar guru bebas dari fungsi administrator, atau murid tak lagi berpusing dengan Ujian Nasional. Belajar merdeka mensyaratkan: Guru Merdeka; guru membuat silabus betdasarkan kondisi siswa dan lingkungan belajar tanpa intervensi kekuasaan dalam bentuk apapun. Siswa merdeka; siswa tidak dibebani target- target politis untuk membahagiakan para penguasa sekolah dan pendidikan.