Opini

Merajut Kembali Mega-SBY

199views

Kolom Sosial Politik
Oleh: Ridhazia

KETUA DPP PDI Perjuangan Puan Maharani mengungkap sejumlah nama yang masuk dalam radar calon wakil presiden (cawapres) pendamping bakal calon presiden (capres) PDI-P untuk Pemilu 2024, Ganjar Pranowo. Salah satunya Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat.

Pemberitaan ini direspons publik. Ada yang beranggapan hanya sebagai manuver politik PDIP dalam memecah Partai Demokrat dari KKP (Koalisi Perubahan untuk Persatuan). Selain menganggap sebagai sinyal perseteruan selama 19 tahun antara Megawati – SBY mulai mereda.

Benih konflik

Benih-benih konflik Mega-SBY bermula pada 2003 saat SBY akan maju pada pilpres dan mengundurkan diri dengan mengirim surat pada Megawati mengundurkan diri sebagai Menko Polkam. Saat itu juga relasi politik kedua tokoh politik memburuk. Terlebih lagi ketika SBY dengan partai Demokrat memenangkan kontestasi presiden selama dua periode sejak Pilpres 2004. Semenjak itu, keduanya melakukan ‘perang dingin’ dengan bermanuver politik melalui partai masing-masing.

Manuver politik

Sejumlah pengamat komunikasi politik menduga manuver PDIP sebagai pelemahan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Logiknya, jika Partai Demokrat menarik diri untuk gabung dengan PDIP maka KPP berpeluang gagal mencalonkan presiden. Sedangkan bagi PDIP jika Partai Demokrat berkoalisi sangat menguntungkan untuk kontestasi politik 2024.

PKP yang dibangun atas kesepakatan tiga partai Nasdem, PKS dan Partai Demokrat sangat mungkin bertahan jika ada partai parlemen sekarang antara lain Partai Golkar dan PKB bergabung menggantikan posisi Partai Demokrat.*

Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, pemerhati komunikasi sosial politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Leave a Response