DisabilitasMetro Bandung

Menginklusifkan Museum di Kota Bandung

Farhan Helmy, Presiden DILANS Indonesia bersama Asep Tatan, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jabar, memberikan pandangan bagaimana seharusnya Museum bisa memberikan akses yang luas kepada penyandang disabilitas serta pemanduannya.

101views

KOTA BANDUNG, BANDUNGPOS–Workshop Pemanduan Inklusif dalam rangka Festival Literasi Asia Afrika (FLAA), 27-29 September 2024, yang difasilitasi Museum Asia Afrika, Farhan Helmy, Presiden DILANS Indonesia bersama Asep Tatan, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jabar, memberikan pandangan Bagaimana seharusnya Museum bisa memberikan akses yang luas kepada penyandang disabilitas serta pemanduannya.

Secara umum, museum inklusif adalah museum yang dapat diakses oleh pengunjung tanpa melihat latar belakang baik usia, gender, bahasa, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, maupun yang memiliki hambatan baik fisik maupun non-fisik. Museum juga diharapkan akan memberikan pengalaman yang relevan dan bermakna yang kemudian menjadikan ruang pembelajaran dan inspirasi untuk melakukan dialog yang bermakna.

Menurut Farhan, setidaknya ada enam karakteristik yang dapat dinilai manakala sebuah Museum dikatakan inklusif: aspek fisik, informasi, partisipasi komunitas, adanya program edukasi dan literasi yang beragam serta representasi yang adil dan suasana lingkungan yang aman dan menghargai antar pengunjungnya. Bagi warga difabel jalur untuk kursi roda, lift, papan informasi yang dapat dibaca braille, dan panduan suara di antara aspek fisik yang harus dipenuhi.

Tersedia materi dalam berbagai bahasa, format audio, visual, dan teks yang mudah dipahami dengan penggunaan bahasa yang jelas dan sederhana, serta pemanfaatan teknologi untuk memperkaya pengalaman pengunjung.

Diukur dari kriteria ini sebagian besar museum yang pernah dikunjungi #Tour4DILANS aksesibilitasnya belum dapat dikatakan inklusif. Program ini merupakan tur bulanan yang dilaksanakan DILANS Indonesia bagi relawan dan aktivis penyandang disabilitas dan lansia untuk penyembuhan, pengetahuan, maupun audit infrastruktur dari museum dan galeri yang dikunjungi dengan melibatkan narasumber dan mahasiswa.

Workshop yang dihadiri oleh perwakilan Museum yang ada di Kota Bandung membahas upaya tindak lanjut kongkrit dalam mewujudkan museum inklusif, diantaranya mengembangkan berbagai isu informasi kekinian Asia Afrika dan berbagai dialog substantif dalam penyiapannya. **(rm/BNN))

Leave a Response