Oleh Ridhazia
Kebalikan dari hidup grasa-grusu ini menjadi pilihan manusia moderen sejak 1980-an. Sebuah gaya hidup yang santai. Berbanding terbalik serba cepat dan sibuk.
Inilah titik balik seorang individu menikmati setiap momen dalam secara melambat. Memilih yang sederhana, dan sadar dengan situasi. Juga, lebih berfokus menikmati proses, ketimbang hasil.
Konsep slow living meski tampak gampang tapi senyatanya teramat sulit. Bahkan harus dilatih berulang-ulang.
Pasalnya, gaya hidup ini sering dikaitkan dengan fokus pada hal yang bisa dikendalikan. Alias tidak mengikuti agenda lain yang sangat menyita waktu.
Mindfulness
Menerapkan mindfulness menjadi saran praktis bagi pemula. Yakni mempunyai kesadaran penuh atas perasaannya, apa yang diinginkan, memiliki kendali dan menetapkan batasan yang jelas akan dirinya.
Perlu diingat, alih-alih menjadi malas, lelaku slow living menjadikan seseorang fokus pada pekerjaan. Ia lebih mengutamakan dan menikmati proses. Tidak tergesa-gesa dan tidak terjebak kelelahan akibat terlalu memaksakan diri.
Apa saja kegiatan slow living, pilih saja sendiri… *
*Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati Bandung, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Bandung, Jawa Barat.