Pendidikan broadcast meliputi : presenter, kameramen dan wartawan media. Kalau dunia perfilman, ada sutradara, produser, editing dan lainnya. Konsentrasi broadcasting memberi pengajaran, penidikan dan pelatihan kepada mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja di bidang penyiaran, baik radio maupun televisi. Bahkan konsentrasi ini sangat diminati oleh mereka yang berjiwa kreatif di bidang audio visual. Peluang-peluang kerja yang dimungkinkan berdasarkan konsentrasi antara lain presenter, Master of Ceremony (MC), Reporter Radio dan televisi. Anchor TV. script writer periklanan. Ada juga yang konsentrasi creative program radio, televisi, dan production house (PH). Konsultan media dan p enulis Skenario
Lalu bagaimana habit literasi broadcasting, PR, public speaking, di SMPN-19 Bandung? Team literat –19 berhasil mengungkap gaya hidup berliterasi para guru dan siswa. Wakepsek Bidang Kesiswaan SMPN-19 Bandung , Ibu Ningrum Sholeha ,SPd menyampaikan, kehadiran broadcasting, PR dan public speaking di SMPN-19 sangat mendukung kegiatan siswa. Manajeman sekolah mengajak dan mendukung kegiatan dengan melalui literasi dan mengajak rekan-rekan guru dan seluruh murid.
Public speaking, public relation, itu kunci untuk berliterasi agar seluruh murid SMPN-19 menjadi aktif, kreatif dan inovatif. Literasi public speaking diantaranya melalui broadcasting selalu diterapkan, karena pandai membaca, pandai menulis, pandai menyampaikan ulang dalam bentuk lisan juga penting, itulah SMPN- 19, ungkap Bu Ningrum. Berikutnya team Literat-19 menyambangi Wali Kelas VIII-D, Ibu Rahmi Nur Afifah,.S.Pd, ia mengatakan siswa selalu diberikan tugas mengenal dan mempelajari empat aspek kebahasaan, diantara setiap siswa diwajibkan menyimak, berbicara, membaca , menulis dan menyampaikan ulang ( story telling) , juga mengamati dan menganalisa materi yang ditugaskan.
“ Agar literasi kuat, pembelajarannya diberbanyak diskuisi, buat kelompok belajar dan praktik , “ katanya.
Praktiknya siswa berkewajiban mempresentasikan ulang dari ilmu yang sudah didapatkan di depan teman-temannya, baik in door maupun outdoor. Broadcasting, PR, publik speaking menjadi penting, karena kemampuan setiap peserta didik harus teruji kemampuannya.
Sedangkan Operator SMPN-19 , Ibu ,. Bapak Firmansyah, mengungkapkan, publik speaking harus menjadi kemampuan siswa, dengan diawali diantaranya melalui kebiasaan membaca 10 menit sebelelum masuk KBM, dengan modal banyak membaca, siswa akan semakin kaya dengan berbagai khasanah dan keilmuan. Siswa juga diarahkan dapat memanfaatkan gawai secara sehat, memadukan antara internet, buku mata pelajaran melalui bimbingan guru tentunya. Literasi menjadi sangat penting di SMPN-19 Bandung, ini karena membaca dan berbicara itu mencerdaskan siswa/guru untuk mampu berfikir kritis.
Ibu Betty Ariani Somantri,.SPd, Wali Kelas IX-E, SMPN-19 Bandung menegaskan, public speaking diantaranya menggunakan perangkat broadcasting itu sangat penting agar anak-anak memiliki habit membaca dan bicara. Budaya membaca dan bicara harus dilakukan terus, jangan sampai punah, seperti kebiasaan membaca dan dilanjutkan menyampaikan ulang ( Story telling) di lapangan . Kebiasaan membaca di sekolah itu Insya Alloh baik, karena semua buku di perpustakaan sekolah sudah melalui proses seleksi dan sensor. Literasi sehat akan menjamin siswa berkualitas, kalau siswa mau membaca minimal menjadi tahu, semakin banyak yang dibaca semakin literat anak tersebut, ujar Bu Betty, semangat.
Bapak Engkus Warsa Kusumah ,. SPd,,-Wakepsek Kurikulum menambahkan, broadcasting, public speaking dan PR di SMPN-19 menguatkan belajar berbicara di depan umum yang terkonsep dengan membaca buku yang disukainya, sedangkan budaya baca dan budaya public speaking siswa SMPN-19 harus terus disempurnakan, akan semakin sempurna jika guru tidak sekadar menugaskan, tetapi juga memberi contoh rajin membaca materi buku yang ada di perustakaan. Sehingga bisa mengakar dan selalu memberikan informasi keilmuan kepada para siswanya dalam kegiatan kelas. Senada degan Pak Engkus, berikutnya Ibu Guru Anna Masliana,.SPd. Wali Kelas yang wanti-wanti agar aksi literasi siswa SMPN-19 bisa menambah penegetahuan dan kemampuan peserta didik, baik hari ini atau di kemudian hari. Membaca itu tidak perlu dibatasi 15 menit, karena semakin banyak semakin baik, dengan banyak membaca, siswa semakin kaya referensi. Kegiatan redhaton 15 menit di sekolah yang selalu digelar, itu langkah pertama, artinya langkah berikutnya adalah kesadaran siswa. **|Rianto Muradi|