Bandung, BANDUNGPOS.ID – Warga korban banjir di Kampung Bojongsayang, Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung mengeluh karena belum mendapatkan bantuan dari Pemkab Bandung.
Terlebih mereka umumnya tergolong warga miskin.
“Bantuan yang saya perlukan setelah banjir, seperti beras, sembako, pakaian, termasuk uang. Saat banjir, saya tidak punya beras. Bahkan setelah banjir surut kemarin, Minggu (23/10/2022) pukul 15.00, saya baru bisa makan. Seharian saya bekerja membersihkan rumah dan perabotan,” kata salah seorang warga lansia (lanjut usia) korban banjir, Kartini (74).
Ia menyampaikan keluhannya itu saat ditemui wartawan di rumahnya di Kampung Bojongsayang, Desa Pananjung, Kec. Cangkuang, Senin (24/10) siang.
Akibat banjir, semua perabotan rumah tangga miliknya, termasuk pakaiannya basah, kotor, dan bau terendam.
Bahkan karena rumahnya sering kebanjiran, perabotan rumah tangga berbahan kayu, banyak yang rusak dan lapuk.
“Kecuali beras, karena memang saya tidak punya persedian beras. Saya membeli beras diecer, itu pun kalau punya uang,” ujar dia, yang dampingi adiknya Dedi (64).
Kartini menyebutkan, saat banjir dan setelah reda, belum ada aparat desa, kecamatan bahkan kabupaten yang meninjau rumahnya yang kebanjiran.
Apalagi, lanjutnya, menyalurkan bantuan.
Padahal, ia bilang, selain dia korban banjir, juga tergolong warga miskin dan juga lansia.
Ia mengaku tidak punya kartu BPJS dan kartu BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) dari pemerintah.
Jadi, ia dari dulu selalu tidak dapat bantuan.
Kecuali, katanya, tempo hari dapat bantuan uang kompensasi kenaikan BBM.
Yang menyedihkanbya lagi, menurut dia, rumahnya paling parah terendam banjir di Kampung Bojongsayang.
Ketinggian air saat banjir di rumahnya mencapai satu meter.
Sedangkan rumah tetangganya, ia sebut rata-rata hanya 50 cm.
Karena itu, rumahnya paling lama surut.
Di rumah tetangganya, banjir surut sekitar pukul 12.00. Sementara rumahnya, baru surut sekitar pujul 15.00.
Sebetulnya, rumah Kartini sudah dua kali kebanjiran. Banjir pertama terjadi Jumat (21/10) siang, hanya banjirnya, kira-kira setinggi 50 cm.
Nah kebanjiran lagi Minggu kemarin bahkan yang terparah sampai satu meter. Saat banjir masuk ke rumah, saya mengungsi ke rumah adik saya yang banjirnya hanya 20 cm,” ujar Kartini.
Adik kandungnya, Dedi, menambahkan, banjir mulai menyergap pemukiman warga Kampung Bojongsayang pada Sabtu (22/2) tengah malam pukul 23.00. Puncaknya, terjadi Minggu (23/10/2022) dini hari pukul 1.00. Saat itu, banjir merendam rumah kakaknya, Kartini hingga satu meter.
“Banjir mulai surut pukul 15.00 sore,” katanya.
Banjir di kampungnya, ia sebut, banjir tahunan yang terjadi setiap musim hujan.
Seperti banjir kemarin, dipicu hujan lebat yang cukup lama.
Hujan mulai mengguyur daerahnya sejak Magrib hingga tengah malam.
Diperparah lagi, banyak persawahan yang ditimbun urugan tanah untuk membangun rumah, sekolah, dan bangunan lainnya. Ditambah lagi, kondisi Sungai Cikambuy dan Jalupang terjadi penyempitan sehingga mudah meluap.
“Kebetulan rumah saya termasuk kakak, posisinya di tengah, diapit kedua sungai itu. Jarak rumah ke sungai cukup dekat, hanya 100 sampai 200 meter. Jadi, saat sungai meluap, banjirnya langsung merendam rumah warga,” katanya.***