SIAPA yang tidak mengenal Ira Mirawati atau ‘Bu Ira Mira Dosen TikTok’? Di kalangan mahasiswa Generasi Z, sosok Ira Mira terkenal sebagai dosen online berkat konten-konten perkuliahan yang kerap dibagikan di akun TikTok @buiramira yang telah diikuti lebih dari satu juta akun.
Bu Ira, biasa dia disapa, merupakan dosen sekaligus Kaprodi Manajemen Komunikasi Universitas Padjadjaran. Tak hanya aktif mengajar dan ngonten, dia juga aktif berkegiatan di Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) wilayah Jawa Barat.
Bersama ISKI Jawa Barat, Ira mengadakan acara talkshow KRAMAS: Klinik Riset Mahasiswa Episode 4 dengan topik ‘Surviving Sidang’. KRAMAS merupakan program kerja rutin Divisi Riset dan Pengembangan Keilmuan ISKI Jawa Barat.
Acara ini dilakukan Senin1 (9 /2) yang lalu di Auditorium Gedung Dekanat, Universitas Islam Bandung (Unisba) dan dihadiri sekira 150 mahasiswa Fikom Unisba.
Pada sesi opening remarks, turut hadir Dr. Hj. Atalia Praratya, S.IP., M.I.Kom selaku Ketua Umum ISKI Jawa Barat. Bu Cinta, begitu dia biasa disapa, mengaku turut senang melihat antusiasme peserta KRAMAS yang merupakan mahasiswa tingkat tiga dan empat yang sebentar lagi akan menghadapi sidang skripsi.
Tak hanya itu, Bu Cinta juga memberikan dukungan serta semangat bagi para mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi. Baginya, skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai secara baik. Cara mewujudkan skripsi yang selesai adalah terus belajar, berusaha, dan mempersiapkan diri.
Dalam sambutannya Dekan Fikom Unisba Prof. Dr. Atie Rachmiatie, M.Si Unisba turut memotivasi mahasiswa agar menyelesaikan studinya tepat waktu.
Acara KRAMAS kali ini dipandu dosen Fikom Unisba Ferra Martian, M.I.Kom. Topik diskusi pun kemudian dipantik Kaprodi Sarjana Fikom Unisba Dr. Ani Yuningsih, M.Si dengan menceritakan pengalamannya ketika menyusun skripsi, dan berbagai keresahan yang kerap kali menghantui benak mahasiswa, baik saat mengerjakan skripsi maupun menuju sidang skripsi.
“Perjalanan panjang kuliah seperti lari marathon. Supaya tidak merasa bahwa skripsi adalah rintangan berat maka kita perlu mengubah mindset tentang skripsi. Jangan anggap skripsi sebagai beban tetapi anggaplah skripsi sebagai tanda bahwa selangkah lagi kita akan menjadi sarjana,” ujar Ira.
Ira menyebutkan bahwa salah satu hal yang menjadi problematika mahasiswa adalah kekhawatiran judul mereka tidak disetujui dosen pembimbing. Kekhawatiran yang sama juga dirasakan mahasiswa ketika dosen pembimbing telah menyetujui tetapi justru ‘membantai’ mereka ketika sidang.
Jika menghadapi hal tersebut, Ira memberikan kiat untuk memilih topik yang disukai dan dikuasai. Khusus untuk rumpun Sosial dan Humaniora yang dinamis, Ira menitipkan tips agar senantiasa up to date terhadap isu, metode, hingga teori yang sifatnya kekinian agar penelitian skripsi yang dibuat tak ketinggalan zaman.
Setiap mahasiswa pasti menginginkan sidang skripsi lancar tanpa ‘dibantai’ dosen penguji. Mengutip ucapan Koordinator Divisi Riset dan
Pengembangan ISKI Jabar, Vidi Sukmayadi, Ph.D. bahwa kepercayaan diri adalah hak prerogatif bagi orang-orang yang siap.
Mahasiswa sebenarnya bisa mengupayakan agar sidang skripsi jadi menyenangkan. Rajin bimbingan dan berdiskusi dengan dosen pembimbing akan membuat mahasiswa menjadi lebih siap. Mahasiswa perlu ingat bahwa tugas utama mereka adalah berkuliah dan skripsi adalah bagian dari perkuliahan.
Para mahasiswa Fikom Unisba antusias ketika Ira mempersilakan mereka untuk bertanya. Salah satu pertanyaan mahasiswa adalah “apakah skripsi yang bagus adalah skripsi yang tebal?”
Tebal atau tipisnya halaman naskah skripsi juga salah satu kekhawatiran mahasiswa yang paling umum. Bagi mereka yang tak gemar menulis, bayangan bahwa ketebalan skripsi berbanding lurus dengan kualitasnya semakin menambah ketakutan jelang sidang skripsi.
Namun, Ira menegaskan bahwa skripsi yang bagus adalah skripsi yang memenuhi kriteria ketentuan penyusunan skripsi, tidak dinilai dari banyak atau sedikitnya jumlah halaman.
“Skripsi yang terlalu tebal atau terlalu tipis kadang menimbulkan pertanyaan, bagaimana data yang didapatkan, diolah, dan dianalisis oleh mahasiswa?” lanjut Ira.
Tak sedikit para peserta yang menghampiri Ira untuk berfoto bersama. Sebagai seorang educational content creator mereka menganggap bahwa konten-konten Ira membantu mereka menghadapi perkuliahan. Mulai dari tips menulis, cara meneliti yang baik dan benar, hingga strategi menyelesaikan skripsi. (Sarah Annisa Fadhila/bnn)
