Hiburan

Kesuksesan Studio Pixar, Dari ‘Toy Story’ Hingga ‘Coco’

391views

JIKA Anda penggemar film-film animasi 3 dimensi pasti tahu salah satu produsennya. Ya Studio Pixar yang melahirkan film-film animasi kualitas dunia. Pixar Animation Studios adalah salah satu perusahaan animasi paling ikonik di dunia, yang telah menghadirkan sejumlah film yang sangat sukses. Kisah sukses Pixar adalah inspirasi bagi banyak orang karena mereka telah mengejar impian mereka dalam dunia animasi dengan tekad kreativitas dan dedikasi yang luar.biasa. Dari “Toy Story” hingga “Coco,”

Sejarah Pixar

Pixar Animation Studios didirikan tahun 1986 di Emeryville, California oleh Edwin Catmull, Alvy Ray Smith, dan seorang tokoh penting dalam sejarah komputer grafis, Steve Jobs. Awalnya, perusahaan ini fokus pada pengembangan perangkat keras komputer grafis tetapi kemudian beralih ke pembuatan film animasi. Mereka menciptakan film pendek pertama mereka berjudul “Luxo Jr.” pada tahun 1986, yang membuktikan potensi teknologi animasi komputer mereka.

Pada tahun 1995, Pixar merilis “Toy Story,” yang menjadi film animasi komputer pertama dalam sejarah. Film ini mengisahkan tentang petualangan mainan Woody dan Buzz Lightyear. “Toy Story” menggemparkan dunia animasi dengan teknologi yang belum pernah dilihat sebelumnya dan cerita yang sangat menghibur. Kesuksesan besar “Toy Story” memicu gelombang revolusi dalam industri animasi dan film ini menjadi salah satu film animasi paling ikonik sepanjang masa.

Saat ini sequel Toy Story sudah jilid keempat. Di Toy Story ini diceritakan tentang Bonnie (anak laki-laki yang akan masuk TK) yang merupakan pemilik mainan Woody dan kawan-kawan, namun Bonnie hanya suka memainkan Jassie dan Buzz Lightyear. Woody tidak lagi dimainkan.

Bonnie memiliki ketakutan saat akan melalui hari pertamanya di sekolah TK. Mengetahui hal tersebut Woody ingin membantu Bonnie melewati hari pertamanya di sekolah dengan caranya, dan ternyata berhasil. Boonie membuat mainan baru dari sendok dan garpu, kemudian menamainya Forky. Ia selalu menyebut bahwa dirinya ialah sampah. Woody memperkenalkan Forky kepada teman-teman mainan yang lain. Forky selalu ingin lompat ke tong sampah. Sampai suatu ketika, Forky berhasil melarikan diri. Woody tidak ingin membuat Bonnie menjadi sedih, Woody memutuskan untuk mencari Forky dan membawanya pulang.

Bagaimana dengan film “Finding Nemo” dan “The Incredibles”

Pixar terus mengejar kesuksesan setelah “Toy Story” dengan merilis serangkaian film yang mendapat sambutan hangat. “Finding Nemo” (2003) mengambil penonton ke dalam petualangan laut yang luar biasa bersama Nemo dan ayahnya, Marlin. Finding Nemo adalah sebuah film animasi grafik komputer buatan Amerika Serikat yang meraih penghargaan Academy Award. Dirilis pada 30 Mei 2003 di Kanada dan Amerika Serikat. Pemain utamanya ialah Albert Brooks, Ellen DeGeneres, Alexander Gould, Willem Dafoe, dan masih banyak lagi. Sutradaranya ialah Andrew Stanton.  Sebuah sekuel berjudul Finding Dory, dirilis pada tanggal 17 Juni 2016.

Kemudian, “The Incredibles” (2004) menghadirkan keluarga super yang menginspirasi dengan kekuatan unik mereka. The Incredibles adalah film superhero animasi komputer Amerika 2004 yang diproduksi oleh Pixar Animation Studios dan dirilis oleh Walt Disney Pictures. Ditulis dan disutradarai oleh Brad Bird, film ini dibintangi oleh Craig T. Nelson, Holly Hunter, Sarah Vowell, Spencer Fox, Jason Lee, Samuel L. Jackson, dan Elizabeth Peña. Ditetapkan dalam versi alternatif tahun 1960-an,[4][5][6] film ini mengikuti Bob and Helen Parr, sepasang pahlawan super, yang dikenal sebagai Mr. Incredible dan Elastigirl, yang menyembunyikan kekuatan mereka sesuai dengan mandat pemerintah, dan berusaha menjalani kehidupan pinggiran kota yang tenang bersama ketiga anak mereka. Keinginan Bob untuk membantu orang menarik seluruh keluarga ke dalam konfrontasi dengan penggemar yang berubah menjadi musuh yang pendendam.

Kedua film animasi ini memenangkan Academy Award dan menerima pujian luas atas kualitas cerita dan animasi.

Selanjutnya Pixar memproduksi film animasi lainnya, yakni

“Up” (2009) dan “Inside Out” (2015). Film “Up” bercerita tentang petualangan seorang kakek bernama Mr.Fredricksen dan seorang anak pramuka bernama Russel. Russel, sebagai anggota Wilderness Explorer (semacam pramuka), berusaha mendapatkan lencana ‘Helping the Elders’ dengan membantu Mr.Fredricksen menangkap Spike. Sementara Mr.Fredricksen sedang merasa kehilangan setelah istri tercintanya meninggal dunia. Dia memutuskan untuk memenuhi cita-cita masa kecil istrinya, membangun rumah di samping Paradise Falls (sebuah air terjun yang sangat indah di Amerika Selatan). Mr.Fredricksen memutuskan untuk menerbangkan rumahnya sendiri ke sana menggunakan ribuan balon yang diikatkan ke perapian.

Tidak disangka, ternyata tanpa sengaja Russel ikut terbawa. Mereka berdua kemudian berpetualang di hutan Amerika Selatan untuk mencari Paradise Falls. Di tengah hutan, mereka bertemu dengan seekor burung langka yang sangat menyukai coklat dan oleh Russel diberi nama Kevin. Mereka juga bertemu dengan Charles Muntz, seorang petualang berpengalaman dengan balon udaranya ‘The Spirit of Adventure’. Charles Muntz ini dulunya merupakan jagoan idola Mr.Fredricksen dan istrinya ketika mereka berdua masih kanak-kanak.

Sementara film “Inside Out” menceritakan petualangan lima karakter yang merepresentasikan emosi manusia, yaitu Joy, Sadness, Fear, Anger, dan Disgust. Kelima karakter tersebut bertanggung jawab atas emosi dan perasaan seorang anak perempuan, yaitu Riley.

Sepanjang film kita akan disuguhkan dengan petualangan dan dinamika hubungan kelima karakter tersebut dalam mengontrol emosi dan perasaan Riley. Masalah muncul ketika Joy, karakter yang merepresentasikan kebahagiaan, berusaha mendominasi dan menghalangi Sadness, karakter yang merepresentasikan kesedihan, untuk ikut campur dalam emosi dan perasaan Riley. Joy merasa bahwa Riley harus selalu bahagia dan berhak tumbuh sebagai anak periang.

Inti permasalahan di film “Inside Out” sebenarnya sering kita temui di dunia nyata. Kita seringkali beranggapan bahwa kita harus terus hidup bahagia dan mengesampingkan berbagai emosi negatif, termasuk sedih. Fenomena ini seringkali disebut sebagai toxic positivity.

“Coco” Menghormati Budaya dan Warisan

Tahun 2017 Pixar merilis “Coco,” yang menjadi salah satu film yang paling mengesankan dalam menghormati budaya dan warisan. Tak kalah dengan film jenis real life, film animasi juga mampu membuat para penontonnya betah menyaksikan seluruh plot tanpa terkantuk-kantuk. Selain efek visual yang dirasa lebih imajinatif dari real life, para penonton kerap juga dibuat kagum dengan banyak pesan yang terkandung di dalam cerita film tersebut.

Salah satu film dari sekian banyak film animasi yang tayang, Coco yang tayang di tahun 2017 silam menjadi film animasi yang mengangkat cerita berbeda dari cerita-cerita di film animasi pada umumnya.  Film Coco menceritakan tentang dua dunia; yakni dunia kehidupan dan dunia kematian yang melebur jadi satu akibat ulah seorang anak lelaki asal Meksiko bernama Miguel.

Selama lebih dari tiga dekade, Pixar telah menciptakan film-film yang memiliki dampak besar pada dunia animasi dan budaya pop. Mereka telah memenangkan banyak penghargaan, termasuk Academy Awards untuk kategori Film Animasi Terbaik, dan telah meraih kesuksesan komersial yang mengesankan.

Kisah sukses Pixar adalah bukti nyata bahwa kegigihan, inovasi, dan kecintaan pada seni animasi dapat menghasilkan karya-karya yang mendalam dan memukau. Dengan kualitas cerita yang kuat dan animasi yang luar biasa, Pixar terus menghibur dan menginspirasi penonton di seluruh dunia. Dari “Toy Story” hingga “Coco,” perjalanan mereka adalah perjalanan sukses yang tak terlupakan dalam dunia animasi.(ask/bnn/berbagai sumber)

Leave a Response