“Seks anal dapat menimbulkan sejumlah masalah kesehatan. Ini karena anal atau anus tidak seperti vagina yang elastis dan melumasi dirinya sendiri secara alami. Beberapa masalah kesehatan yang bisa ditimbulkan dari seks anal antara lain inkontinensia tinja, infeksi bakteri, infeksi menular seksual, wasir bahkan fistula.”
BAGI beberapa orang, seks anal dianggap tabu dan tidak lazim. Pasalnya, seks anal melibatkan lubang anus yang bukan didesain untuk aktivitas seksual. Anus penuh dengan ujung saraf, sehingga membuat organ yang satu ini sangat sensitif. Karena alasan ini, beberapa orang mendapatkan kenikmatan seksual dari seks anal. Kendati demikian, terdapat banyak risiko masalah kesehatan yang bisa ditimbulkan dari seks anal. Mulai dari, inkontinensia tinja sampai yang paling parah adalah infeksi HIV. Supaya Anda lebih waspada, kenali risiko-risiko penyakit akibat seks anal berikut ini.
Risiko Penyakit akibat Seks Anal
Tidak seperti vagina, anus tidak memiliki kemampuan untuk melumasi dirinya sendiri secara alami. Gesekan dapat mencederai lapisan anus dan berisiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan berikut:
- Inkontinensia Tinja
Sebuah studi tahun 2016 yang dipublikasikan dalam American Journal of Gastroenterology mengamati perilaku seksual 4.170 orang dewasa. Peneliti bertanya kepada orang dewasa apakah mereka pernah melakukan hubungan seks anal dan apakah mereka mengalami inkontinensia tinja. Hasilnya, 37,3 persen wanita dan 4,5 persen pria telah melakukan hubungan seks anal. Tingkat inkontinensia tinja pun sedikit lebih tinggi di antara pria dan wanita yang melakukan hubungan seks anal dibandingkan dengan mereka yang tidak.
- Infeksi Bakteri
Anus adalah satu-satunya saluran pembuangan tinja manusia, sehingga organ yang satu ini penuh dengan bakteri. Selain itu juga tidak memiliki sel-sel yang menciptakan pelumas alami seperti vagina. Lapisan anus juga lebih tipis dari pada vagina, sehingga berisiko robek saat adanya gesekan. Kurangnya pelumasan dan sumber bakteri inilah yang membuat seks anal berisiko menyebabkan infeksi bakteri.
- Infeksi Menular Seksual
Infeksi bakteri akibat seks anal juga dapat berkembang menjadi risiko infeksi menular seksual (IMS). Kulit anus lebih rentan robek saat melakukan seks anal daripada saat berhubungan seks melalui vagina, maka ada peluang lebih besar untuk menyebarkan IMS. Beberapa IMS yang berisiko timbul antara lain klamidia, gonore, hepatitis, HIV, dan herpes. Ini bisa menjadi kondisi jangka panjang, karena banyak IMS tidak dapat disembuhkan.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), seks anal adalah perilaku seksual berisiko tertinggi untuk penularan HIV jika dibandingkan dengan bentuk seks lain, seperti seks vaginal atau oral.
- Wasir
Seks anal dapat memperburuk kondisi wasir. Wasir adalah pembesaran atau pembengkakan pada area pembuluh darah di dalam dan di luar rektum yang dapat menyebabkan gatal, pendarahan ringan, dan terkadang nyeri. Bagi sebagian orang, seks anal dapat menimbulkan iritasi pada wasir. Namun, seks anal sendiri tidak mungkin menyebabkan wasir jika seseorang belum memilikinya.
- Fistula
Dalam kasus yang sangat jarang, ada kemungkinan robekan pada lapisan anus dapat semakin meluas akibat seks anal. Terkadang, robekan ini begitu besar sehingga melampaui usus atau bahkan ke bagian tubuh lainnya. Nah, kondisi ini disebut sebagai fistula. Fistula bisa menjadi kondisi medis darurat karena tinja berisiko bocor ke organ tubuh lainnya.
Karena tinja secara alami mengandung sejumlah besar bakteri, fistula dapat membawa bakteri ke bagian lain dari tubuh, sehingga berisiko menyebabkan infeksi dan kerusakan. Dokter biasanya menyarankan operasi untuk memperbaiki fistula.
Jika Anda mengalami masalah kesehatan setelah melakukan seks anal, jangan tunda dan jangan sungkan untuk memeriksakan diri ke dokter.*(Artikel di atas sudah ditinjau oleh: dr. Fadhli Rizal Makarim/Sumber: Halodoc.com)