Oleh Bambang Prakoso ( Forum Penggerak Perpustakaan Nasional)
KESIMPULAN Rakor (Rapat Koordinasi), dengan jajaran teknis di bawah Kementerian PMK, termasuk dengan DPR,BPS serta Perpusnas, dapat kami simpulkan bahwa: Para pejabat negara yang bertanggung jawab pada peningkatan literasi kita tidak mengetahui bagaimana teknik meningkatkan minat baca bangsa kita.
Hampir seluruh pembicara dalam rakor yang diwakili instansi masing-masing hanya membicarakan masalah data dan pencapaian yang mereka lakukan berdasarkan statistik masing2. Mereka memiliki target pencapaian hasil tahun 2040-an, yang disebut dengan Indonesia emas. Kelamaan!
Kami sangat bersyukur berkat bapak Presiden, kami bisa bergabung dalam rakor tersebut, dan membukakan mata para pengampu kebijakan bahwa untuk meningkatkan budaya literasi atau minat baca kita, tidak bisa lagi dengan cara konvensional. Jika kita melakukan perencanaan biasa hasilnya sudah pasti akan biasa saja. Upaya meningkatkan budaya literasi seperti duta baca, bunda literasi, penggiat literasi, pendamping desa tidak banyak bisa mendongkrak budaya literasi kita, jika kita tidak menemukan cara luar biasa, dan cenderung itu itu saja dan bersifat seremonial.
Alfateta mengusulkan upaya meningkatkan minat baca. Kita harus mengikuti keberhasilan negara-negara maju termasuk Thailand. Dulu Thailand negara Nomor 59 dari 61 negara paling malas baca di dunia, tapi hanya dalam 2 tahun Thailand jauh meninggalkan kita.
Apa tindakan kita?
1. Segera instruksikan Wajib Baca. Dari SD sampai SMA. Wajib baca itu harus terukur, tidak boleh mubah. Dikerjakan tidak masalah, ditinggalkan tidak masalah.
2. Ajarkan SSRA. Karena SSRA adalah satu teknik membaca cepat ,efektif, benar. Peserta bukan saja bisa baca cepat tapi juga memahami, mengingat dan mempresentasikan apa yang dibaca. Serta target SSRA pencapaian 1000%.
Saat ini pemerintah tidak punya target kecepatan baca bangsa kita. Tapi dari informasi yang ada Kementerian Pendidikan hanya menargetkan tiga maksimal 350 kpm, dan itu pun tidak ada caranya. Sehingga dipastikan, sampai kapanpun kita tidak akan bisa mengalahkan Amerika dan China, yang sudah mencapai 25.000 kpm. Jika kita tidak segera mengajarkan SSRA, sudah pasti kita tidak akan pernah bisa menjadi negara maju karena masyarakat kita kesulitan menyerap informasi.
Mengapa Harus bisa baca cepat, benar dan efektif? Karena rumus meningkatkan minat baca bukan memperbanyak buku atau perpustakaan, tapi meningkatkan kecepatan membaca. Rumusnya: semakin tinggi kecepatan membaca semakin tinggi minat baca, semakin rendah kecepatan membaca semakin rendah minat baca. Rendahnya kecepatan baca bangsa kita merupakan penyebab mengapa minat baca kita rendah.
3. Saran kami pemerintah harus memfasilitasi kompetisi baca, antar sekolah, antar Kabupaten, provinsi dan kemudian menjadi nasional. Jika ini terjadi kita bisa ikut Olimpiade baca cepat internasional. Walau hanya 3000 kpm, kita bisa menang, karena yang terpenting bukan kecepatannya, tapi bagaimana mereka bisa memahami buku yang mereka baca dengan cepat.
Kami melihat bahwa para pejabat, penanggung jawab literasi, tidak memiliki teknik yang efektif dalam meningkatkan minat baca, kecuali memperbanyak buku menyebarluaskan buku. Namun tidak mengajari bagaimana mereka bisa membaca cepat. Sebab bangsa kita belum memiliki teknologi baca cepat. Sekarang Alfateta telah memilikinya.
Sebagai tindak lanjut Alfateta akan menyurati satu persatu Kementerian yang ikut dalam pembahasan literasi kemarin, untuk memulai dari lingkungannya sendiri. Kemudian menguji coba efektivitas SSRA, dan menerapkannya di lingkungan terbatas. Mulai dari beberapa sekolah, kemudian antar sekolah, dalam satu kabupaten, kemudian provinsi, barulah dijadikan program nasional.
Kami meyakini jika Pemerintah bersedia untuk bekerja keras dan bertanggung jawab pada literasi, tidak perlu menunggu 5 atau 10 tahun lagi untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi kita, tahun depan jika dimulai dari sekarang, kami yakin kita bisa meningkatkan budaya literasi kita diatas 100%.
Sekali lagi, ini bukan bisa atau tidak, ini persoalan mau atau tidak.
Sekarang kita tidak bisa membuat hasil rakor kemarin dipetieskan. Alfateta akan mengirim surat ke para peserta rakor, untuk memulai pelatihan ini di lingkungannya sendiri. Kami mendorong para pejabat negara untuk memulai. Karena dengan mereka mengetahui SSRA dan sadar manfaatnya bagi bangsa dan negara, dana untuk meningkatkan minat baca menjadi tepat sasaran.**