Kolom Sosial Politik

Humor Seksis: CAWOKAH!

58views

 

Oleh Ridhazia

CAWOKAH itu tak lebih sebuah ekspresi humor kultural yang paling seksis di Tanah Sunda.

Jika selama ini cawokah ditafsirkan para sastrawan dan budayawan sebagai ekspresi porno atau jorang, senyatanya tak lebih dari obrolan ringan.

Sebagai candaan terbatas (inner joke) saja — ketika  yang menyampaikan humor dengan yang menerima pesan humor — merasa nyaman dan terhibur.

Pun, konten dan konteksnya tidak vulgar amat apalagi erotis. Tapi disamarkan dan tergantung siapa yang menyampaikan dan siapa pula yang menerima pesan itu.

Suasana Hati

Malah cawokah dari Tanah Sunda justru bisa memperbaiki suasana hati. Timbul perasaan senang melalui ekspresi tersenyum atau tertawa lepas yang memberikan rasa lega dan menimbulkan kegembiraan. Lebih jauh lagi bisa mempererat relasi kekeluargaan dan pertemanan.

Cawokah — sebagaimana humor dan candaan ringan lainnya — konon bisa menjadi formula alternatif untuk relaksasi dari masalah dan tekanan yang menghimpit hidup tanpa jalan ke luar (Berger, 2010).

Warisan

Ekspresi lisan yang kerap “menyerempet” hal yang tabu dan sensitif seksual — yang didalam Kamus Basa Sunda (1954) sebagai jorang — merupakan salah tafsir.

Sebagai warisan turun temurun budaya lisan, cawokah diduga telah tumbuh sejak entitas suku Sunda lahir dan berkembang. Meski tidak digunakan merata untuk seluruh kelas sosial.

Affiliative

Cawokah dalam studi humor tak lebih sebagai “affiliative humor” yakni humor yang bertujuan mencairkan suasana dan memberi kenyamanan. Untuk tersenyum dan tertawa dari keadaan serius dan tegang.

Jenis humor ini tidak menggunakan lelucon untuk menyerang, merendahkan, apalagi meremehkan. Bahkan tidak juga untuk provokasi politik kebencian.

Hal ini dibuktikan melalui disertasi Lina Ma­ria-Coster Wijsman yang berjudul “Uilenspiegelverhalen in Indonesie in Het Bizonder in de Soendalanden” sebagaimana dikemukakan sastrawan Sunda Ayatroahedi (1936-2006) kalau humor Sunda Cawokah bukanlah humor jorang (porno). Apalagi kesan dan pesan erotis. *

* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati Bandung, jurnalis dan kolumnis, pemerhati psikologi dan komunikasi sosial politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Leave a Response