Oleh Ridhazia
Kata bajingan menjadi diksi menarik. Lebih menarik lagi diksi “bajingan tolol” seperti dikemukakan Rocky Gerung untuk mengkritik kebijakan dan posisi Jokowi sebagai Presiden.
Ia meyakini diksi itu cukup lumrah dalam forum perdebatan politik yang demokratis. Itu sebabnya ia keberatan apabila ‘bajingan tolol’ dikaitkan dengan budaya timur dengan norma kesopanannya.
Sesungguhnya makian!
Kata bajingan berasal dari kata dasar bajing. Binatang pengerat sekaligus hama tanaman. Dan berubah makna ketika bajingan itu diserupakan penjahat ulung seperti bajing loncat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bajingan itu artinya kurang ajar. Dan, lazim digunakan untuk pengucapan yang bernada makian hingga mencemooh seseorang.
Kusir Gerobak
Kata bajingan sudah sangat lama digunakan di Indonesia. Bajingan dalam bahasa Jawa identik dengan profesi kusir gerobak sapi. Sebuah angkutan barang yang sudah tercatat dalam sejarah digunakan sejak zaman Mataram abad ke-16 Masehi.
Gerobak sapi dimaksud digunakan sebagai angkutan barang antaran semisal hasil tani atau barang. Identik dengan dokar angkutan umum tradisional beroda dua yang ditarik kuda zaman sekarang seperti andong, delman atau bendi.
Bajingan tolol
Kata tolol identik stupid, alias bodoh, dungu, goblok, bego, bebal. Frasa tersebut merupakan ungkapan sindiran buruk kepada seseorang karena kebodohan, kebegoan, kegoblogan hingga bebal.
Tafsir makna bahasa itu bisa relatif. Bergantung pengalaman penafsir. Dan kajian berbahasa seperti otu hanya ditemukan dalam psikolinguistik yakni disiplin ilmu yang mempersoalkan dan mendeskripsikan proses psikologis yang menjadikan manusia dapat memahami dan menggunakan bahasa. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati komunikasi sosial politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.