255
SUMEDANG, BANDUNGPOS.ID – Rabu sore (7/9), terjadi perkelahian antara seekor macan kumbang hitam melawan tiga orang manusia. Pertarungan itu dimenangkan manusia. Macan mati ditenggelamkan ke sungai yang berada di seputar kawasan hutan. Sedangkan manusia, hanya luka dan tidak terlalu serius. Dan luka akibat cakaran serta gigitan si kumbang, sudah diobati dokter rumah sakit daerah Sumedang.
Macan kumbang Jawa atau nama ilmiahnya Panthera Pardus Melas merupakan spesies rawan punah. Ketika satu macan mati akibat konflik dengan manusia maka hakikatnya seperti kematian sebuah ekosistem. Secara naluriah macan kumbang jawa menghindari konflik dengan manusia.
“Dia akan menghindar ketika bertemu manusia,” kata Munawar Kholis, anggota forum harimaukita, pendiri Yayasan Suluh yang juga mahasiswa Pascasarjana IPB, Bogor.(Wikipedia).
Si kumbang dan jenis kucing besar lainnya (harimau dan jaguar) cenderung tidak mau berkonflik dengan manusia.
“Selama makananannya masih cukup melimpah di hutan, seperti babi hutan, rusa, kelinci, musang, dan burung, mereka aman bagi manusia,” tambah Munawar berbagi informasi.
Di kawasan hutan lindung Nusa Kambangan, Cilacap Jawa Tengah, balai konservasi sumber daya alam setempat mencatat puluhan ekor macan kumbang hitam hidup nyaman berdampingan dengan manusia selama 100 tahun terakhir, tidak pernah diberitakan terjadi konflik antara macan kumbang dengan manusia. Makanan alami seperti babi hutan, rusa dan burung masih melimpah di Nusa Kambangan. (Wikipedia).
Serangan macan di Gunung Kerenceng, Cimanggung
Seperti dikatakan Cecep Ali Hasan, Kepala Desa Tegal Manggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang ketika diwawancara detik.com, macan menyerang Udes Saepudin (32), Adi (32) dan Didin (52). Terjadi perkelahian. Udes berusaha memiting leher si macan dan berhasil. Kebetulan tempat pertarungan berlangsung dekat sungai. Dengan kecerdasan sebagai manusia, Udes dibantu teman temannya menyeret sang kumbang ke dalam sungai. Macan ditenggelamkan dan mati. Udes, Adi, dan Didin selamat. Mereka hanya luka cakar dan gigit tapi diobati pihak dokter di RSUD Sumedang.
Gunung Kerenceng
Kerenceng dalam bahasa Sunda artinya gelang atau gengge yang dirangkai tali. Gunung ini merupakan gunung sub tropis terletak di Desa Tegal Manggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang. Menjulang 1736 meter dari permukaan laut (mdpl) merupakan kawasan hutan yang vegetasinya cukup rapat. Kawasan punggung hutan tumbuh subur sayur kol, kentang, brokoli dan sayuran lainnya, milik warga blok Cihanyawar Desa Tegal Manggung. Para petani sayuran itu menyewa lahan garapan dari perhutani.
Memasuki kawasan hutan, tumbuh ilalang setinggi manusia dewasa juga tumbuhan perdu. Perdu adalah tanaman berkayu bercabang dan tidak terlalu besar. Tidak memiliki batang yang lurus. Ia menjuntai ke tanah. Hutan yang rapat.
“Babi hutan dan rusa mah sering kita temukan ketika masuk hutan ini,” kata Kepala Desa Tegal Manggung. Tak heran jika macan kumbang sebagai predator puncak di hutan hidup nyaman.
Selain puncak Kerenceng, di sebelah barat ada pula puncak Kareumbi (1685 mdpl) dan puncak Pangukusan (1558 mdpl). Membentang sambung menyambung sampai pegunungan Cakrabuana di Daerah Wado. Hampir sejauh 50 km. Seperti benteng Kota Sumedang dari selatan.
Pendakian gunung Kerenceng cukup menantang. Menjadi favorit pendaki pemula. Walaupun kondisi hutan yang vegetasinya cukup rapat dan jarang dijamah manusia. Masih aman asal persiapan mendaki nyaman dipenuhi. Binatang buas seperti macan kumbang yang menyerang manusia di blok Cihanyawar, tidak akan terjadi jika manusia tidak menggangu aktifitasnya. Sangat tidak mungkin, macan menyerang manusia. Apalagi menyerang tiga orang sekaligus.
“Kecuali habitat aslinya rusak, terdesak atau dikeroyok manusia,” kata Babas, pecinta alam yang juga pegawai sumber daya mineral di Bandung.(kus/bp)
add a comment