Oleh Ridhazia
Manusia selalu jadi sasaran empuk manusia lain yang tidak menyukainya. Lebih jauh lagi difitnah, dihina atau dikecam. Bahkan dihukum.
Tapi bagi pemberani untuk tidak disukai sangkaan buruk seperti itu semua tidak terlalu mengkhawatirkan. Pandangan negatif yang menerpanya sebagai resiko pilihan ketimbang terus-menerus mendambakan pengakuan dari orang lain.
Baginya sebatas tidak melanggar teritori perasaan dan pikiran orang lain, niatan baik harus dilanjutkan. Yang penting tetap mempertahankan jarak yang cukup untuk hubungan. Jika ada yang tidak berpikir baik tentang dirinya, bukan tugasnya untuk menjelaskannya.
Kata para bijak
Kata para bijak, kebencian orang lain malah bisa sangat baik. “Aku berterima kasih pada mereka yang menyakitiku, membenciku. Tanpa mereka, aku takkan sekuat hari ini!”
Orang yang membenci adalah pembantu yang paling ikhlas karena sudah terlalu banyak mengurus hidup orang lain. Itu sebabnya meskipun menyebalkan, tetaplah menghargai para oembenci karena hanya merekalah yang berpikir bahwa dirimu lebih baik dari mereka. “Ingatlah bahwa orang-orang yang membencimu bisa jadi adalah penggemarmu juga”. *
* Ridhazia, dosen senior Fidkom UIN Sunan Gunung Djati, jurnalis dan kolumnis, pemerhati komunikasi sosial politik, bermukim di Vila Bumi Panyawangan, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.