Jakarta, BANDUNGPOS.ID – Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan Agama dan Keagaman Kemenag akan menggelar pelatihan calon pengawas madrasah.
Langkah ini dilakukan mengingat kebutuhan pengawas madrasah masih cukup tinggi.
Dari total kebutuhan 12 ribu pengawas, saat ini baru terpenuhi 3.349 ribu orang.
Kepala Balitbang Diklat Kemenag, Suyitno, menyatakan kekurangan tenaga pengawas madrasah ini karena pola rekruitmen dan penempatan pengawas madrasah tak berbanding lurus dengan pertumbuhan madrasah yang pesat.
“Jumlah madrasah di Indonesia saat ini melampaui angka 53.000. Padahal jumlah pengawas baru 3.349 orang. Masih tak sebanding rasio pengawas dengan jumlah madrasah yang dibina. Kekurangan sekitar 7.000 pengawas,” jelasnya di Jakarta, Minggu (23/10).
Suyitno menegaskan pelatihan calon pengawas madrasah dimaksudkan untuk mendorong dan mengakselerasi peningkatkan mutu madrasah.
“Madrasah saat ini pada level yang sangat dinamis. Berbagai kemajuan dicapai. Prestasi madrasah juga membanggakan. Mutu pembelajaran secara akademis tak kalah dengan sekolah. Jadi harus diimbangi dengan pelatihan calon pengawas yang baik,” katanya.
Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Mastuki menambahkan, pelatihan diperuntukkan bagi 1.407 calon pengawas madrasah.
Sebanyak seribu kuota, berasal dari kolaborasi Pusdiklat dengan Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah melalui proyek Madrasah Education Quality Reform (MEQR).
Sisanya, kuota peserta disediakan pemerintah propinsi Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur, serta paguyuban Pokjawas.
Menurut Mastuki, pelatihan calon pengawas ini dilaksanakan secara hybrid dan blended learning.
Waktunya, menurut dia, tak kurang dari 2 bulan atau 28 hari kerja.
Setara dengan 171 jam pelajaran.
“Pada tahap awal, peserta akan ikut on the job training (OJT I) didampingi pengawas yang berpengalaman sebagai mentor. Setelah itu, masuk in service training (IST-1) melalui pembekalan materi yang bersifat praktis, ketrampilan atau skills, dan penguatan sikap sebagai pengawas,” papar Mastuki.
“Praktik kepengawasan dilakukan langsung ke madrasah binaan merupakan tugas berikutnya (OJT II). Mentor akan mendampingi mereka lagi. Baru setelah itu, tahap terakhir peserta membuat laporan praktik, presentasi di hadapan penguji, dan penilaian hasil pelatihan,” ujarnya.
Pelatihan calon pengawas ini akan berlangsung sampai akhir tahun, terbagi dalam 15 angkatan. Pelaksanannya di Balai Diklat Keagamaan (BDK) yang tersebar di seluruh Indonesia.***