PEMBALUT kain atau menstrual pad memang tak sepopuler pembalut sekali pakai, tampon, atau menstrual cup. Namun, beberapa orang sudah mulai berganti ke pembalut tersebut karena selain hemat, ini juga bisa mengurangi limbah sampah yang merusak lingkungan. Sayangnya, banyak yang bilang kalau pakai pembalut kain ini ribet dan menyita banyak waktu. Pasalnya, setelah pakai pembalut berbahan kain ini, Anda mesti mencuci dan membilas sisa darah dulu. Jadi, terkesan tidak ringkas, ya? Namun, rasa repot itu mungkin terjadi akibat Anda belum tahu tips pemakaiannya yang benar. Maka dari itu, simak beberapa cara menggunakan pembalut kain berikut ini.
Kelebihan Pakai Pembalut Kain
Dilansir dari laman The New York Times, banyak wanita di luar negeri yang merasa puas setelah memakai pembalut kain selama bertahun-tahun. Ini adalah beberapa alasan mereka:
- Tidak Menyebabkan Iritasi atau Ruam
Pembalut kain tidak menyebabkan iritasi atau ruam di selangkangan, seperti yang bisa disebabkan pembalut sekali pakai. Sebab pembalut kain bahannya halus karena terbuat dari katun. Sedangkan pembalut sekali pakai, permukaannya kasar serta bisa menimbulkan iritasi karena keringat dari selangkangan.
- Lebih Murah
Tentunya karena dapat dipakai berulang, harga pembalut kain jadi lebih murah untuk jangka waktu yang lama.
- Ramah Lingkungan
Penggunaan pembalut kain akan mengurangi limbah lingkungan. Hal ini berlaku ketika dibandingkan dengan pembalut sekali pakai, di mana pada bagian sayapnya terdapat plastik yang susah terurai.
Kekurangan Pakai Pembalut Kain
Berikut ini beberapa kekurangan pembalut dari kain:
- Daya Penyerapan Kurang
Kemampuan katun dalam menyerap darah tak sehebat saat menyerap air. Jika pembalut kain sudah penuh, kemungkinan ada darah yang menggenang (tidak lagi sepenuhnya diserap) dan kadang bikin tak nyaman. Jadi,Anda wajib mengganti pembalut setiap tiga atau empat jam sekali, ya.
- Potensi Infeksi
Sama halnya dengan pembalut sekali pakai, permukaan yang terlalu lembap akan menjadi sarang bakteri yang berpotensi menimbulkan infeksi pada vagina.
- Butuh Dibersihkan dengan Baik
Pembalut kain butuh dibersihkan dengan benar, agar dapat digunakan ulang dan tidak meninggalkan kotoran yang dapat menjadi sumber infeksi. Terkadang tidak semua wanita mau repot untuk membersihkan pembalut sendiri secara rutin. Terlebih untuk wanita dengan gangguan menstruasi yang berlebihan, mungkin akan sangat sulit untuk membersihkannya sendiri.
Agar Nyaman, Lakukan Tips Ini Saat Pakai Pembalut Kain
Nah, supaya Anda lebih bisa merasakan manfaat penggunaan pembalut kain dan terhindar dari bahaya atau efek samping, coba ikuti dulu beberapa tips di bawah ini!
- Pastikan Ukurannya Tepat
Kesalahan yang sering dilakukan kaum hawa adalah membeli pembalut kain dengan ukuran yang kurang pas. Jika Anda membeli yang terlalu pendek, tentunya itu tak akan mampu menampung darah haid, sehingga rentan terjadi bocor atau nembus ke luar.
Jika pilih yang terlalu panjang, itu akan membuat permukaan kulit yang tidak ikut mengeluarkan darah, seperti bokong, menjadi terlalu lembap, gatal, dan muncul ruam di bagian organ intim.
- Pilih Bahan yang Nyaman dan Aman
Tak semua kain cocok digunakan sebagai bahan pembalut. Hindari tergiur harga pembalut kain yang murah, tetapi bahannya kasar dan juga tipis. Lalu, sebisa mungkin jangan memilih pembalut reusable yang terbuat dari sea sponge. Pasalnya, masih dikutip dari laman The New York Times, sea sponge berpotensi mengandung kotoran dan bakteri (fungsi dari sea sponge sendiri memang menyaring lautan). Selain itu, sea sponge dapat membuat udara masuk ke dalam vagina dan meningkatkan risiko toxic shock syndrome (TTS), yaitu racun dari bakteri yang masuk ke dalam aliran darah.
- Pakai dengan Cara yang Benar
Penggunaannya sebenarnya mirip dengan pembalut sayap sekali pakai. Adapun cara menggunakan pembalut kain yang benar, yaitu
Buka kancing pembalut kain, lalu buka pembalut kain dengan sisi yang polos menghadap ke atas. Tempelkan sisi pembalut kain yang bermotif pada celana dalam. Jadi, sisi yang polos itu yang bersentuhan langsung dengan vagina. Bawa kedua sayap pembalut kain ke arah luar celana dalam, lalu pasang lagi kancingnya. Ingat, pastikan kancing benar-benar terpasang agar tidak nembus.
- Jangan Asal Saat Membersihkan dan Cuci dengan Sabun Khusus
Pembalut kain sebisa mungkin tidak dicuci dengan detergen biasa. Sebab, sabun cuci biasa umumnya mengandung bahan kimia yang terlalu keras. Untuk itu, gunakan sabun pencuci yang khusus dibuat untuk popok bayi. Sabun popok bayi mengandung bahan kimia yang tidak keras dan minim menimbulkan iritasi. Meski demikian, sabun ini tetap efektif dalam membersihkan pembalut kain.
Untuk cara membersihkannya, kira-kira seperti ini:
Siapkan air dingin untuk merendam dan menghilangkan darah pada pembalut. Sisi pembalut yang terkena darah harus menghadap ke bawah agar darah lebih mudah hilang.
Setelah direndam beberapa menit, cuci pembalut kain dengan air mengalir. Lakukan sampai air yang mengalir tidak lagi berwarna kemerahan.
Cuci seluruh permukaan pembalut kain dengan sabun khusus. Jangan dikucek terlalu keras seperti kamu mencuci baju atau celana yang kotor. Gosok saja dengan perlahan pada bagian bernoda.
Setelah itu, bilas pembalut kain dengan air mengalir lagi hingga tak ada busa yang tertinggal. Jangan memeras pembalut kain terlalu kencang agar kapas di dalamnya tidak rusak atau menyusut. Cukup tekan-tekan perlahan saja untuk mengeluarkan airnya.
Agar cepat kering, pembalut kain harus dijemur di bawah sinar matahari.
- Simpan di Tempat yang Bersih
Saat hendak membawanya bepergian, pembalut kain dapat dikemas dulu dalam kantong kecil bersih sebelum dimasukkan ke dalam tas. Sedangkan untuk menyimpan pembalut yang sudah kering setelah dijemur, lipat dulu kedua ujungnya hingga bagian dalam (yang untuk menampung darah haid) tertutup. Terakhir, lipat sayapnya ke depan dan pasang kancingnya. Simpan di rak pakaian dalam atau lemari.
Nah, setelah tahu bagaimana kelebihan dan tipsnya, apa Anda masih ragu untuk pakai pembalut kain selama masa haid? Setidaknya Anda bisa memakainya di 2-3 hari terakhir ketika darah sudah tidak terlalu banyak*(Penulis: dr. Alberta Jesslyn Gunardi, BMedSc Hons/KlikDokter.com)